Entar malam Metro tv ngadain diskusi. Pembicaranya rencana para Analis Bankir ternama di Indonesia. Saya dapat menduga apa yang akan mereka bicarakan dan usulkan. Kalau ada yang menganggap rekomendasi-rekomendasi mereka sebagai hal yang serius, saya kira itu adalah pilihan yang tulalit.
Sebenarnya saya kasihan dengan masyarakat kita. Mereka selalu dibodohi dengan istilah-istilah 'melangit' ahli ekonomi. Termasuk para analis perbangkan. Entar akan muncul wacana dari mereka, semisal: 'untuk menggerakan sektor riil, untuk membantu liquiditas, untuk 'menyelamatkan fundamental' ekonomi bangsa. Sekali lagi semua itu bulsit!!!! Intinya, mereka tidak kepingin diri mereka bangkrut. Termasuk juga pemerintah yang memiliki kepentigan kapital maupun kekuasaan politis.
Kekusaan Sang Waktu
Untuk itu marilah kita diskusi ke ranah praksiologi. Waktu adalah kategori yang tidak dapat dilepas dari kehidupan. Waktu adalah kendala manusia dalam menjalani hidup. Dengan demikian, waktu merupakan suatu yang niscaya. Untuk menghadapi waktu, manusia menghadapi beribu rintangan dan hambatan. Barangkali itu adalah salah satu alasan mengapa kita disuruh hidup di bumi, bukannya di surga!
Dalam ranah tindakan, manusia lebih cenderung memilih sesuatu yang cepat ataupun segera. Katanlah di dalam dunia transaksi, sang pelanggan pasti lebih memilih kios dengan pelayanan yang cepat dan gesit daripada kios yang melayani pelanggan dengan lemot seperti bekecot.
Begitu juga dalam hal keuntungan, pengusaha pasti lebih memilih usaha yang cepat memberi untung daripada memilih usaha yang untungnya lama. Misalnya berternak bekecot. Makanya, para pengusaha sering ngutang ke para Banker untuk mendapat modal dengan cepat.
Karena pengusaha memang tugasnya memproduksi dan memproduksi, dia juga kepingin memproduksi barang dengan jumlah banyak dan cepat agar juga cepat mendapat keuntungan. Tapi tindakan yang demikian tidak mungkin mereka lakukan---sekali lagi karena kendala waktu! Maka sang pengusaha pun harus bersabar.
Tapi apa jadinya jika mereka tidak mau bersabar. Pengusaha kepingin cepat memproduksi, Bankir pingin cepat mendapat “bunga” dari modal yang dipinjamkannya pada pengusaha. Sedangkan si Penabung di Bank, kepingin masa depannya lebih aman dengan menyimpan uangnya di Bank. Sekali lagi musuh manusia adalah waktu.
Dosa para Bankir
Munculnya bunga tidak lepas dari kaitannya dengan preferensi waktu masyarakat. Masyarakat, yang kebanyakan menyimpan uangnya untuk menghadapi ketidakpastian masa depan harus merugi karena ulah para bankir yang ceroboh. Apabila ada kredit macet, yang disalahkan seharusnya bukanya para pengusaha. Yang perlu bertanggunjawab sebenarnya adalah para Bankir itu sendiri.
Tapi, dari sudut pandang anarkis, sekali lagi, pemerintah tidak pernah menghukum para bankir. Tapi justru yang sering dilakukan adalah dengan membantu para Bankir lewat dana talangan yang berasal dari pajak rakyat atau dengan menerbitkan surat utang baru. Jadi kalau menganggap bahwa pemerintah adalah agen penegak keadilan itulah adalah anggapan yang salah besar.
Namun demikian, saya kira kita masih beruntung mempunyai tokoh cerdas seperti Pak Budiono. Beliau dengan cekatan menaikan tingkat suku bunga, agar para pengusaha dan bankir tidak seenak udelnya bertransaksi uang kredit. Selain itu, peningkatan suku bunga juga dapat mengurangi terjadinya resiko inflasi. Karena “diharapkan” akan dapat menjaga investor agar tidak membeli dolar. Baik dalam transaksi pasar saham ataupun di dalam traksaksi lainnya.
Terlepas kecerdasan “Pak Budiono”, apa yang menjadi pelajaran dari kasus deflasi saat ini adalah. Pelajaran yang sudah sangat kuno dan bahuela. Yaitu, hati-hati dengan utang! Bisa-bisa hal tersebut akan membunuh anda sendiri. Kalau suatu saat anda ditagih hutang tapi tidak bisa bayar, yang terjadi kemudian adalah anda tidak akan mampu belanja seperti hari-hari biasanya. Maka ekonomi terasa seperti 'melambat' kayak bekecot.
Bagi Ekonom Mainstream, solusi bagi mereka dalam massa deflasi seperti sekarang ini, termasuk solusi dari Meteri Keungan kita, yaitu dengan menggelontorkan cepat-cepat anggaran belanja pemerintah. Biar entar masyarakat dapat mendapat uang dari proyek-proyek pemerintah yang belum terealisasi. Dalam istilah ekonomi standar Universitas, ini disebut kebijakan fiskal yang longgar. ---selain kebijakan penurunan pajak.
Sedangkan bagi solusi para analis perbankan, yang sering kita baca di koran-koran dan televisi, adalah agar Bank Indonesia dapat membantu mencairkan liquiditas ketat yang terjadi di pasar. Caranya, yaitu dengan menyarankan agar tingkat suku bunga diturunkan, ekspansi kredit dsb....Itu semua, kalau saya boleh menilai, adalah ibarat mengajak kita semua sama-sama ke neraka jahanam.
Kembali ke diskusi praksiologi. Untuk melawan sang waktu, kita tidak akan dapat berbuat apa-apa. Apa yang terjadi saat ini adalah murni alamiah akibat ekpansi kredit global yang makin hari-makin meningkat. Sebuah tindakan yang mencoba melawan sang WAKTU!
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar